Ilmu Yahanu

/
0 Comments
Pernah melihat film Kungfu Husle? Jikalau belum, saya akan sedikit memberikan gambaran cerita. film yang dibintangi dan disutradarai oleh Stephen Chow ini mengisahkan seorang pemuda pengangguran bernama Chow. Pemuda yang tergolong nganggur ini berpura-pura ‘yahanu’ dan menyamar sebagai geng kapak (axe gang), yang kala itu menjadi geng yang paling ditakuti seantero Shanghai. Singkat cerita kepura-puraannya pun terbongkar, namun siapa sangka bahwa ilmu ‘yahanu’nya tersebutlah yang membuatnya hebat, yang pada akhirnya mampu mengalahkan geng kapak dengan mudah dan membuat Beast bertekuk lutut dihadapannya.

Percaya atau tidak, plot cerita semacam Kung Fu Hustle ini benar-benar terjadi di alam nyata. Kadang saya semacam ingin tertawa bila mengingatnya. Dengan ketulusan hati, saya dan mungkin seluruh santri di tempat saya nyantri dulu, boleh dibilang masuk dalam kategori sebagai pelaku. Well…tidak jarang beberapa hal dalam hidup ini, kami yang menyandang gelar sebagai santri 'kampung damai' sering berlaku ‘sok bisa’ sebagai dalih kenekatan yang kadang tidak masuk akal untuk dilakukan. “yang penting maju dulu” “yang penting pernah” atau ‘yang’ dengan versi lainnya. Kalian boleh tertawa, namun dari sanalah sebenarnya kami belajar. Sebagai bukti saya akan kutip cerita ‘guyonan’ Kyai Hasan (Allahu Yarhamhu) yang disampaikan dalam beberapa kesempatan.

***

“Menurut saya, anak-anak Gontor itu Bahasa Arabnya masih kalah sama LIPIA, nahwu sorofnya kalah sama pondok salaf, ilmu umumnya kalah sama anak SMA, bahasa Inggrisnya juga kalah sama sekolah umum. Tapi memang ada satu ilmu dan kelebihan anak-anak itu dibanding yang lain, dan itu cuma ada di diri mereka, ILMU YAHANU.

Saya juga ndak tahu divinisi-nya apa, ternyata di Mantingan (Gontor Putri)  saja bahasa YAHANU ini tidak dikenal. Cuma ada di Gontor putra ini, dan ini yang jadi andalan anak-anak itu kalo di luar, tapi anehnya banyak yang sukses.

YAHANU fasih bahasa Arab, YAHANU lancar bahasa Inggris, YAHANU bisa manajemen, YAHANU bisa ngomong, YAHANU mahir, dan yang lain, tapi mungkin itu yang disebut affirmasi dan sugesti ya, sehingga akhirnya benar-benar mahir bahasa Arab, benar-benar mahir bahasa Inggris, bener-benar mahir manejemen, dsb.

Jadi kalu mau nikah sama anak Gontor itu perlu lihat 4 hal : Li Jamalihi, Li Nasobihi, Li maalihi, Li dinihi..nah saya tambahi satu lagi : Li YAHANU-HU….

(sambil menunjuk salah satu tamu beliau, alumni 1991) ente itu wajah pas-pasan kok dapet istri cantik, pasti istri ente ketipu sama YAHANU ente dulu, cuman mungkin sekarang ente jadi mahir beneran, iya kan??”

Ucapan yang langsung disambut geer semua tamu di rumah pimpinan.

Yahanu dalam definisi kamus anak gontor putra adalah konfiden atau percaya diri atau PeDe. Tapi bukan sembarang PeDe, ini adalah konfiden tingkat tinggi melebihi muka badak dengan aksyen super profesional, padahal sebenarnya tidak menguasai 100% hal bidang itu.

Berdasarkan pengalaman, doktrin yahanu ini, salah satunya merasuk lewat kegiatan muhadlarah atau latihan pidato. Terutama sejak masih berstatus santri baru.

Seorang santri baru yang masih malu-malu berpidato karena kemampuan bahasanya masih minim, akan disoraki dan diejek. Apalagi klo cuma diam saja di atas podium. Sampai antri di kamar mandi pun juga bakal jadi bahan ejekan.

Nagh daripada malu, tidak ada pilihan bagi si pembicara itu selain berakting bahwa sebenarnya dia bisa berpidato, pura-pura bahwa dia tidak malu, pura-pura berani lalu berani beneran, lalu berpidato dengan semangat berapi api walau dengan bahasa planet dan aksyen tarsan.

Audiens di dalam ruangan juga akan bersorak ramai dan bertepuk tangan, padahal sebenarnya mereka tidak faham apa yang diucapkan si pembicara. Karena masih baru, kosakata dan tata bahasa mereka masih terbatas dan diizinkan untuk mencampur aduk bahasa.

Pokoknya yang penting suasana ruangan harus meriah dan ramai, karena ini menyangkut  gengsi rakyat 1 ruangan muhadarah.

Jika sampai sebuah ruangan muhadlarah itu sepi dan hening, ruangan tersebut dicap kuburan dan anggotanya disebut sebagai mayat. Sedang 3 orang pembimbingnya juga akan dicap sebagai nisan kuburan yang hanya menambah kesunyian.

Dan begitulah seterusnya sampai mereka nanti khatam dari pondok, mereka akan terus dipaksa Yahanu pada suatu bidang lalu bisa mahir menguasai bidang tersebut.

***

Guyonan sekaligus cerita di atas adalah real, dan benar-benar terjadi. Oleh sebab itu, jangan terlalu percaya bahwa lulusan pesantren itu pasti ngerti Agama, pasti pintar, bahasa arab inggrisnya ngewes, cerdas, rupawan, calon mantu idaman, dan dengan penilaian selangit lainnya. saya kira, mereka (para santri) tidak secerdas yang kalian duga, mereka hanya berusaha mencoba dengan ke'yahanu'aannya. Dengan harapan, dapat mengambil pelajaran setelahnya, seperti kata Guru kami dulu “Djajal awak ndahne matio” “jarrib wa la hidz takun ‘arifan” cobalah dan perhatikanlah, maka kamu akan mengetahui. Setuju atau tidak, terkadang dalam beberapa hal, kita ini memang butuh ilmu ‘yahanu’ ini, untuk memberi efek semacam shock therapy, memancing dan menarik diri agar mau belajar dan terus mencoba dan mencoba. Wallahu a’lam.[]


You may also like

Powered by Blogger.