Pertanyaan kadang sedikit banyak mengundang kekhawatiran bahkan ketakutan. Selain rentan disalahpahami baik penanya apalagi penjawab, kadang pertanyaan juga menakutkan untuk dijawab. Terlebih ketika pertanyaan itu dilontarkan oleh sebuah kelompok tertentu yang cenderung fanatik, bahkan afiliasinya seringkali guna menjatuhkan, bukan untuk ilmu pengetahuan.

Asumsinya hanya dua, kalau tidak menguji penjawab, ya memang ingin bertanya. Seperti yang terjadi pada teman saya ketika mengisi sebuah seminar di pondok pesantren. Untungnya kekhawatiran itu tidak terjadi. Namun pertanyaan kali menarik perhatian saya, redaksinya agak lupa, namun intinya ia mempertanyakan posisi para sufi & alirannya. Apakah mereka melenceng atau tidak, keliru atau benar. Tanpa ragu ia pun mencatut nama-nama beken ‘Ulama Islam semisal Ibn Arabi, Jalaludin Rumi, al-Hallaj dsb.
Kesempatan berdiskusi memang selalu menyimpan keindahannya tersendiri. Seperti halnya kesempatan saya dengan teman-teman saya berdiskusi bersama Prof. Nasrudin Baidan di sebuah perguruan tinggi. Topic pembahasannya berkisar mengenai ‘ulumul Qur’an hingga menyinggung hermeneutika yang sedang marak diadopsi di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. karna mungkin memang spesialisasi prof Nasrudin di sana, perbincangan kami seperti tidak ada habisnya. 

kesimpulannya menarik kalau boleh saya bilang. Prof Nasirudin dengan tegas mengatakan bahwa “ilmu tafsir dan Hermeneutika berbeda, dan tidak bisa disamakan. Bahkan Ilmu Tafsir lebih canggih ketimbang hermeneutika paparnya.”Artinya upanya menyamakan di antara keduanya adalah sebuah kesalahan.

Setelah selesai berdiskusi saya semakin keheranan kepada mereka yang berupaya menyamakan Tafsir dengan hermeneutika, bahkan ingin menggesernya. Yang lebih mengherankan lagi banyak dari kalangan pelajar yang sejatinya muslim beramai-ramai mengimpor hermeneutika ini tanpa ditelaah serta diteliti lebih dalam. Mereka ini seperti tidak teliti sebelum membeli. Para cendikiawan pun seperti terlanjur gandrung pada segala yang baru, dan semua yang berasal dari barat (everything new and everything west) diterima begitu saja.

Sebenarnya, bila diteliti secara seksama hermeneutika ini bermula dan bersumber dari Barat yang ragu kepada kitab suci mereka. muncul kurun waktu abad ke 17 dan abad ke 18. lebih jelasnya, awal muncul teori interpretasi ini adalah akibat tidak percayanya bangsa eropa pada agama mereka. ujung-ujungnya Bible diragukan otentisitasnya sebagai kalam Tuhan. mereka menganggap bahwa teori interpretasi ini menjadi solusi ampuh untuk menghilangkan keragu-raguan. 

Kenapa ragu? sebab banyak sekali kontradiksi yang muncul di dalam Bible. Bahkan lebih dari itu, sampai-sampai apa yang termaktub di dalamnya tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan. Kisah heliosentris Nicolaus Copernicus, yang didukung oleh Galileo Galilei cukup menjadi bukti. Konon mereka dituduh merusak Iman para kristiani kala itu. Oleh karena itulah, Bangsa eropa ingin bebas menafsirkan Bible, agar 'matuk' sesuai dengan sains modern. 

Alasan lain yang tidak kalah menarik adalah soal kodifikasi Bible yang menyisakan tanda tanya.Naskah perjanjian baru dalam bahasa Yunani kuno saja, baru dicetak pertama kali pada tahun 1514 di Spanyol oleh universitas Acala. Dikenal secara luas pada edisi naskah yang diterbitkan oleh Desiderus Erasmus (1469-1536) dari Roterdam Belanda pada tahun 1516. Naskah tersebut dijadikan textus receptus dan teks teks standar hingga tahun 1881.  

Naskah perjanjian baru versi Erasmus yang dijadikan textus receptus ini, mendapat kritikan pertama kalinya dari Richard Simon (1638-1712) dan setelah itu sangat banyak para tokoh-tokoh barat berlomba-lomba mengkritik, bahkan mengedit secara lengkap perjanjian baru dengan bahasa yunani kuno. Finalnya adalah munculnya hermeneutika yang digagas oleh Friedich Daniel Ernst Schleiermacher (1768-1834). 

Schleiermacher lah yang pertama kali memperluas wilayah hermeneutika dari sebatas penafsiran bible menjadi ‘hermeneutika umum’. Lanjutnya Schleiermacher berupaya membebaskan tafsir dari dogma, yang berujung pada perlunya desakralisasi teks. Kesimpulan mudahnya, dalam perspektif hermeneutika umum semua teks adalah sama, maka diperlakukan sama, tidak ada yang diistemewakan. Tidak perduli apakah itu kitab suci, ataupun teks hasil karangan manusia.

Bisa dilihat bahwa sejatinya, Hermeneutika adalah sebuah ilmu yang berasal dari keragu-raguan bangsa barat terhadap kitab sucinya (bible). Hal ini terjadi disebabkan karena banyaknya ayat dalam bible yang kontradiktif antara satu dengan lainnya, yang ini membuat para bangsa barat resah dan bimbang terhadap agamanya. 

Namun seiring dengan berjalannya waktu pada akhirnya hermeneutika bible ini menjelma menjadi hermeneutika umum yang ingin mensejajarkan serta menyamaratakan teks keagamaan dengan teks biasa hasil tangan manusia. Maka kesimpulan Prof Nasrudin Baidan benar adanya. Adalah sebuah kekeliruan ketika hermeneutika diupayakan menggulirkan ilmu tafsir serta menyamakan kedua metode ini. Sebab ia lahir dari rahim Barat, dan kritik Bible adalah goalnya. Wallahu a’lam.[]    
Beberapa waktu lalu ketika saya bepergian ke luar daerah menggunakan kereta, ada seorang ibu yang berkeluh kesah kepada saya. setelah berbicara panjang lebar “ngalor ngidul” “ngetan ngulon” pada intinya ibu tadi berkeluh kesah tentang anaknya. Sambil berkaca-kaca menahan tangis, ia berkisah tentang anaknya yang pada saat itu tidak ingin kuliah di sebuah perguruan tinggi. Usut punya usut alasanya cukup mengejutkan, anaknya dipaksa untuk menanggalkan jilbabnya ketika perkuliahan berlangsung. Serentak saya kaget dan bingung sambil bertanya dalam hati “sebegitu bahayakah agama, hingga tidak boleh dibawa ke tempat kuliah?.” 
Tidak pernah bosan saya mendengar nasehat bapak sekaligus mentor kami ini. selalu ada teguran, pukulan, sindiran bahkan cacian yang benar-benar demi kebaikan anak-anaknya. saya selalu merinding membacanya, malah menangis mungkin. yang dibicarakan selalu untuk umat, untuk pondok dan untuk kemajuan anak-anaknya. materinya begitu bernas, singkat, padat dan apa adanya, mudah dipahami namun tidak jarang begitu filosofis hingga kami merasa sedang mendengar seorang filosof bertutur. semoga engkau sehat selalu bapak, ustadz, kyai sekaligus mentor kami. engkau benar-benar menginspirasi ^_^
Powered by Blogger.